Jejak Digital Tidak Mudah Dihilangkan
"Video tersebut sudah saya hapus 3 tahun lalu, tapi kenapa bisa tersebar, bahkan viral??!" begitu tanya seseorang, gamang.
Tentu saja ada sesal, malu, dan hancurnya perasaan bagi siapapun yang mengalaminya. Aib, yang ditutup rapat bertahun-tahun, terumbar.
"Handphonenya memang saya serahkan ke orang lain. Tapi kan, saya hapus?"
Ia masih saja kebingungan. Tapi terlanjur. Nasi menjadi bubur. Penyesalan dan kebingungan tak bisa membuatnya lari dari kenyataan.
Dan bagi kami yang belajar tentang Teknologi Informasi, kata kuncinya ada pada: Handphone diserahkan ke orang lain.
Begini pembaca. Sekedar berbagi sedikit ilmu yang saya tahu ya.
Sekali konten digital dicreate, maka menghapusnya memang tidak semudah DELETE lalu CLING, hilang. Big NO! Karena di perangkat digital, semua aktifitas tercatat dan memiliki jejak. Dan, jejak tersebut bisa diendus, lalu ditemukan.
Dalam kasus di atas, file yang dihapus sebenarnya tidak terhapus dari perangkat. Ia masih ada. Mirip dengan logika di komputer, namanya: recycle bin. Semua file itu masih ada. Hanya berpindah tempat dari galery ke tempat lainnya. Bukan hanya file (video dan foto) ya, termasuk SMS, bahkan history chat WA, semua bisa dilacak sekalipun dihapus. Tak hanya dilacak, namun juga CLING, dikembalikan ke tempatnya.
Bagaimana Caranya?
Ada aplikasi yang disebut dengan digital forensic. Jenis dan nama aplikasinya banyak sekali. Ada yang berbayar, ada yang free. Sebut saja satu untuk contoh, nama aplikasinya AUTOPSY.
Dengan menginstall aplikasi ini, kemudian mencolokkan handphone, maka (hampir) semua file yang pernah terhapus di perangkat langsung bisa dikembalikan.
Sampai sini pasti paham, kenapa kejadian di atas tidaklah sama sekali mencengangkan. Ini mudah sekali dilakukan oleh kami yang paham jejak digital.
Dan jejak ini semakin runyam, jika masuk dunia internet. Dimana data tersebut bisa dikloning oleh siapapun dan dimanapun. Kebayang, bagaimana cara menghilangkan semua copy data yang terlanjur tersebar begitu viralnya? Mission impossible menurut saya.
Maka, paling aman: jangan pernah sekalipun men-create konten digital yang mengerikan. Atau bahasa kampanye jaman dulu adalah: jangan b*gil di depan kamera. Jangan pernah berfikir untuk mengabadikan sesuatu yang berpotensi memalukan diri sendiri. Karena jika itu Anda lakukan, maka sejatinya kita hanya bersiap-siap membuka aib diri di hadapan manusia, entah kapan.
Dan ini juga sebuah teguran sebenarnya, bahwa Allah punya teknologi jejak rekam manusia yang jauh lebih canggih.
Jika sekarang, storage atau media penyimpanan sedemikian murah, sehingga ribuan video bisa diabadikan, apa yang susah buat Allah untuk Mengabadikan seluruh kegiatan manusia di dunia. Sedangkan Dia Sang Maha? Membuat super server yang luar biasa, urusan kecil bagi-Nya, tinggal KUN saja.
Semoga Allah Menjaga kita, keluarga, dan juga anak cucu kita dari marabahaya di digital era.
Demikian sekilas info dari saya, semoga ada manfaatnya.
0 Komentar
Post a Comment